Selasa, 27 Januari 2015

Muludan di Suku Pedalaman Cirebon (Benda Kerep)

Siapa sangka Kota Cirebon punya suku pedalaman. CATAT : Ini Kota Cirebon, yang wilayahnya cuma sepelemparan sendal kalau dibandingkan Jakarta atau Bandung. Pedalaman ini ada di perbukitan selatan kota, tidak jauh dari Bandara Penggung atau Kawasan Golf Ciperna. Kendaraan roda 2 atau roda empat bisa mencapai lokasi terdekat lewat Jl. Kalijaga, tapi tidak ada yang bisa mencapai lokasi utamanya. Kenapa? Karena jembatan penghubungnya seperti ini :


"Undag-Undagan", gerbang utama kompleks Benda Kerep. Mobil dan Motor dijamin ogah masuk.

Warga Benda Kerep memang menolak pembangunan jalan dan jembatan untuk menjaga tradisi mereka dan meredam arus kencang globalisasi yang membawa serta efek-efek negatifnya. Jadi jangan heran kalau listrik saja baru masuk belakangan ini setelah dipaksa-paksa oleh pemerintah. Sementara TV, radio, maupun handphone sama sekali tidak diperbolehkan ada di lingkungan mereka.

Tapi jangan bayangkan kehidupan mereka primitif seperti suku Badui, apalagi suku rimba. Gaya hidup mereka lebih mencerminkan gaya hidup zuhud ala santri-santri salaf/tradisional.

Kebetulan saya berkesempatan main ke sana saat libur Maulid Nabi. Kabarnya, acara Muludan di sana seru abis. Penasaran, saya meluncur ke sana naik Vixion merah, mengantisipasi kemacetan parah. Benar saja. baru sampai Jl. Kalijaga sudah banyak bis dengan plat-plat nomor luar daerah. Makin ke dalam makin ramai kendaraan dan orang lalu-lalang.

Suasana jalan ke Benda Kerep berubah seperti Pasar Tanah Abang.
Maunya saya, saya nemu parkiran dekat dengan Undag-Undagan. Sayang saya dihalau polisi. Terpaksalah saya bersiasat markirin motor di sebelah kandang kambing. Bau dikit nggak apa-apa yang penting enjoy. :)

Tidak lupa motor diborgol ke bangku kayu biar nggak ilang he he....
Berjalan kakilah saya ke arah Undag-Undagan. Jembatan yang ngeri-ngeri sedap.

Mesti antri dan sabar biar nggak nyungsep ke sungai

Inilah jembatan yang ngeri-ngeri sedap
Saya jadi mikir, kalau hari sedang hujan, air sungainya meluap tidak ya? Ternyata..... IYA! Coba perhatikan garis kecoklatan di tembok rumah itu. Itu adalah tanda seberapa tinggi air sungai pernah meluap. Kalau sudah meluap, otomatis akses ke luar Benda Kerep akan terputus.

Tapi jangan khawatir. Kalau misal air meluap pas kita sedang namu di Benda Kerep, warga situ seneng kok nampung kita. Kalaupun kitanya kebelet pengen pulang, silahkan memanfaatin akses jalan memutar lewat Desa Lebakngok. Tapi..... akses jalannya naik turun bukit sepanjang 4 kilometer jalan kaki!

Alhamdulillah waktu saya ke situ, arus sungai sedang bersahabat. Saya disuguhi pemandangan para pengunjung yang bersholawat di rumah-rumah penduduk.

Penduduk lokal jadi tuan rumah sholawatan bareng
Tapi saya milih ikut acara di masjid Pesantren Benda Kerep. Saya tidak tahu bakal dapat besek berisi nasi rames, buah kedongdong, makanan ringan, dan air mineral yang dimasukkan ke dalam ember. Iya, ember. Itu ember nggak perlu dibalikin, karena masih bagian dari besek yang kita terima.

Pengunjung dan beseknya

Tapi kayaknya saya salah kostum deh. Pengunjung lain pada sarungan dan berkopiah seperti wargasetempat, saya malah ber-jins ria, yang sebenarnya agak ditabukan warga sini. Alhasil ada warga ngelihatin saya dari ujung kepala sampai ujung sepatu. Kirain mau diapain, eh, ember hitam saya malah diambil, diganti sama ember ijo.

"Ini saya ganti sama yang lebih bagus," katanya.
Besek saya yang baru. Isinya naik level dari dapat kedongdong jadi dapat nanas.
Ealah.... kirain mau apa.
Tentu aja saya seneng. Itu artinya kegantengan saya diakui *halah* dan hanya bisa dikalahkan oleh kegantengan para Banser yang bertugas mengamankan acara.

beseknya Banser sama dengan besek saya
 Ternyata saya cuma GR . Urusan perbesekan nggak ada kaitannya sama "kasta". Ini semata-mata soal rejeki . Coba saja lihat bagaimana pengunjung lain dapat besek.


Ember yang mereka dapat gede banget. Kabarnya mereka dapat dari wargadi Benda Kerep bagian dalam yang lebih primitif  zuhud dari Benda Kerep yang saya datangi. Mungkin lain waktu saya akan main ke sana supaya tahu perbedaannya. Saat ini, kunjungan saya sudahi sampai sini saja.

Berikut saya upload foto-foto muludan lainnya.

Masha, Doraemon, Spongebob juga ikut muludan

Ember vs Vixion, nggak matching bangets. Bawanya gimana nih...?

Hayooo tebak. Mana cara dandan warga lokal dan mana cara dandan pendatang?


Bangunan Pesantren Benda Kerep udah modern. Tapi jangan ngarep nonton parabola di sini.
Pengunjung sholawatan di masjid pesantren
Pengunjung cewek dilarang masuk kompleks masjid, dipersilahkan sholawatan di rumah warga

Dandanan saya yang salah kostum



4 komentar:

  1. Assalamualaikum nanti tgl 1 dan 2 desember 2017 acara muludan di benda kerep datang lagi nggak, kalau datang kita ketemuan ya, hehe

    BalasHapus
  2. tapi jangan salah kostum lagi, nanti saya berkunjung ke Kang Mpid Kiayi paling Muda di benda kerep

    BalasHapus
  3. gan boleh minta koordinat peta pondok benda kerep kah? terima kasih

    BalasHapus